Para orangtua harus waspada dengan obat demam yang biasa diberikan
kepada anak anak. Obat penurun demam yang biasanya diberikan pada
anak-anak meningkatkan risiko anak mengalami kerusakan ginjal.
Seperti diberitakan laman medindia.net, obat penurun demam yang umumnya digunakan adalah ibuprofen dan naproxen, berdasarkan penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti.
Dokter Jason Misurac dan rekan-rekannya dari Fakultas Kedokteran dari Indiana University dan Butler University menegaskn, hampir 3% kasus gagal ginjal pada anak selama satu dekade terkait dengan pemakaian obat antidemam seperti antiinflamasi golongan nonsteroid (NSAIDs).
Kerusakan ginjal itu, menurut para peneliti tak hanya dialami anak-anak, tetapi juga empat anak muda yang membutuhkan cuci darah (dialisis), dan sedikitnya 7 pasien mengalami kerusakan ginjal permanen.
“ Kasus ini mencakup beberapa pasien membutuhkan pemantauan ginjal selama bertahun-tahun, dan ini membutuhkan biaya terapi, sangan signifikan, terlebih bila Anda berpikir tersedia pengobatan alternatif,” kata Misurac seperti dilansir medindia.net.
Walaupun telah dibuktikan dampak buruk pemakaian obat antidemam terhadap kerusakan ginjal, namun masih dibutuhkan penelitian dalam skala besar.
Para peneliti mengevaluasi laporan medis di Riley Hospital untuk pasien anak-anak di Indianapolis dari Januari 1999 hingga Juni 2010. Peneliti menemukan 1.015 kasus, pasien menjalani terapi kerusakan ginjal.
Setelah dilakukan pemisahan gagal ginjal karena obat antidemam, maka ditemukan 27 kasus terkait pemakaian NSAIDs.
Menurut Misurac, NSAIDs mempengaruhi fungsi ginjal dengan membatasi aliran darah ke komponen penyaring darah di ginjal. Hal ini lebih banyak terjado pada anak-anak yang mengalami dehidrasi akibat sakit, seperti diare dan muntah.
“Demam adalah hal normal selama terjadi infeksi, dan tidak berbahaya. Obat alternatif mengatasi demam adalah acetaminophen. Alternatif lain adalah tidak memakai obat, dan membiarkan tubuh melawan infeksi untuk sementara waktu,” katanya. (Kabar24/nj)
Seperti diberitakan laman medindia.net, obat penurun demam yang umumnya digunakan adalah ibuprofen dan naproxen, berdasarkan penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti.
Dokter Jason Misurac dan rekan-rekannya dari Fakultas Kedokteran dari Indiana University dan Butler University menegaskn, hampir 3% kasus gagal ginjal pada anak selama satu dekade terkait dengan pemakaian obat antidemam seperti antiinflamasi golongan nonsteroid (NSAIDs).
Kerusakan ginjal itu, menurut para peneliti tak hanya dialami anak-anak, tetapi juga empat anak muda yang membutuhkan cuci darah (dialisis), dan sedikitnya 7 pasien mengalami kerusakan ginjal permanen.
“ Kasus ini mencakup beberapa pasien membutuhkan pemantauan ginjal selama bertahun-tahun, dan ini membutuhkan biaya terapi, sangan signifikan, terlebih bila Anda berpikir tersedia pengobatan alternatif,” kata Misurac seperti dilansir medindia.net.
Walaupun telah dibuktikan dampak buruk pemakaian obat antidemam terhadap kerusakan ginjal, namun masih dibutuhkan penelitian dalam skala besar.
Para peneliti mengevaluasi laporan medis di Riley Hospital untuk pasien anak-anak di Indianapolis dari Januari 1999 hingga Juni 2010. Peneliti menemukan 1.015 kasus, pasien menjalani terapi kerusakan ginjal.
Setelah dilakukan pemisahan gagal ginjal karena obat antidemam, maka ditemukan 27 kasus terkait pemakaian NSAIDs.
Menurut Misurac, NSAIDs mempengaruhi fungsi ginjal dengan membatasi aliran darah ke komponen penyaring darah di ginjal. Hal ini lebih banyak terjado pada anak-anak yang mengalami dehidrasi akibat sakit, seperti diare dan muntah.
“Demam adalah hal normal selama terjadi infeksi, dan tidak berbahaya. Obat alternatif mengatasi demam adalah acetaminophen. Alternatif lain adalah tidak memakai obat, dan membiarkan tubuh melawan infeksi untuk sementara waktu,” katanya. (Kabar24/nj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar